Cerita
dari Saonek (bagian 2)
SUARA genset menderu dari kejauhan. Lampu-lampu kemudian menyala. Setiap anggota tim Menyapa
Negeriku langsung memburu stop kontak yang kosong untuk mengisi daya ponsel
atau laptop. Seketika semua colokan
penuh.
Sumber listrik diburu, karena tidak menyala
setiap waktu. Genset juga hanya digunakan dalam kurun waktu tertentu—jam 18.00
sampai jam 24.00 saja. Selebihnya, ya tanpa listrik.
|
Seorang anak mengendara sepeda menuju sekolahnya. Di Saonek, transportasi utama hanya sepeda dan motor. Tapi rata-rata warga setempat lebih suka jalan kaki. |
Begitulah hari-hari kami di Pulau
Saonek, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Listrik seolah jadi fasilitas mewah
di sana. Sebab, tak semua warga bisa menggunakannya. Hanya terbatas pemilik
genset dan yang mampu beli solarnya. Mesin umum—sebutan warga lokal untuk
genset—juga hanya digunakan untuk rumah ibadah atau sekolah. Itupun
penggunaannya sama, tidak 24 jam penuh.